Judul Buku : Gus Dur Hanya Kalah Dengan Orang Madura
Penulis : M. Mas’ud Adnan
Penerbit : Harian Bangsa, Surabaya
Cetakan : I, Februari 2010
Tebal : vii +100 Halaman
Peresensi : Moh. Anis Subaidi*
SIAPA yang tak kenal dengan sosok almarhum K.H. Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur, dengan bicaranya yang santai, jenaka, dan ucapannya yang kontroversial sering kali terdengar. Seseorang mengenal Gus Dur dengan mbanyolan (Baca; humor), yang penuh kandungan makna setiap kali berdialog atau bicara santai. Hal ini tidak lain mbayolan atau humor di peroleh ketika dia masih berada di dalam dunia pesantren saat Gus Dur menimba ilmu agama. Humor, melucu dan menampilkan sisi kejenakaan hidup kita sehari-hari di dunia pesantren berkembang pesat. Humor merupakan bagian dari tradisi lisan di tengah kehidupan para santri dan kiai-kiai.
Seiring berjalannya waktu, yang di tandai dengan bertambahnya usia, secara kultural Gus Dur mengalami akulturasi. Namun jati diri kultur pesantren terus menjadi basis utama pemikiran dan tradisi keseharian Gus Dur, meski tokoh pemikir Islam inklusif ini hidup di tengah-tengah kultur metropolis, bahkan kosmopolis.
Unik, lucu sekaligus santai ketika bicara, mengantarkan sosok Gus Dur dikenal banyak kalangan, mulai dari petani, mahasiswa, bupati, camat sampai ke penjual tomat pun merasa tidak asing lagi ketika Gus Dur berada di suatu tempat atau media. Gus Dur layak di sebut sebagai bapak yang humoris. Hubungan antar agama, sekaligus antar sesama kiai, bahkan ketika sakitnya pun bisa di tanggapi dengan humor. Sebagai salah satu tokoh NU yang sangat humoris, Gus Dur -semasa hidupnya- selalu menyapa atau mengkritik sebuah pemerintahan dengan cara mbayol-nya, hal ini dikatakan Gus Dur bahwa humor sebagai sesuatu untuk mencairkan kondisi negeri yang penuh dengan ketegangan, penindasan bahkan sifat pemerintah yang otoriter.
Hidup memerlukan humor seperti tatanan dunia perlu demokrasi. Watak jenaka dan kekreatifan melahirkan humor merupakan elemen pembentuk energi budaya. Mungkin lebih khusus humor melahirkan sebuah pradigma yang kritis.
Bila di atas di sebutkan bahwa humor merupakan awal dari pradigma yang kritis, mungkin banyak hal yang bisa di jelaskan di dalam humornya Gus Dur. Misalnya, humor ”Anjing Clinton Menangis” dan “Menebak Usia Mumi” yang kerap kali kita dengar dari Gus Dur ketika bercerita kepada orang lain. Dari sinilah kita dapat sesuatu yang sangat mendalam sekali maknanya. Kalau di lihat dari humornya, mungkin orang mengasumsikan bahwa mbanyolan yang keluar dari tiap-tiap celotehan Gus Dur sungguh tak berguna, namun kalau kita pahami kembali secara mendalam dari humor yang bercerita tentang anjing Clinton menangis, ada sebuah relevansinya dengan tatanan negeri ini yang kurang bijak atau tak pernah bijak kepada rakyatnya.
Selain itu, Gus Dur memiliki sebuah humor yang agak menyentil Soeharto. Dimana, Gus Dur bercerita bahwa pada suatu hari Presiden Soeharto asyik memancing di sebuah sungai yang airnya mengalir sangat deras. Saking asyiknya memancing, pak Harto tidak sadar bahwa air itu meluap sehingga terjadi banjir besar, dan pak Harto pun jatuh ke dalam sungai,.kemudian dia hanyut. Hingga berada di suatu tempat oleh hanyutan air, ada seorang petani melihat peristiwa itu dengan sigap menolongnya. “Anda sangat berjasa besar telah menolong saya. Tahukah anda, siapa saya ini?” kata pak Harto kepada petani itu. Lalu orang itu menjawab dengan keluguannya, “saya tidak tahu. Kalau boleh tahu bapak ini siapa sebenarnya?” tanya petani itu. “Saya ini adalah Soeharto Presiden Republik Indonesia. Berhubung anda telah menolong nyawa saya, maka anda minta apa pun dari aku, akan saya turuti, dan anda pantas mendapatkan penghargaan yang sangat besar”.
Lantas apa jawaban yang keluar dari petani itu?, jawabnya kemudian adalah sebuah permintaan untuk tidak memberitahukan bahwa yang menolong Soeharto adalah petani tersebut. Ini sebuah humor yang menggambarkan bahwa betapa diktatornya presiden pada saat itu, sehingga untuk menolongnya pun orang merasa takut ketahuan. (Hal. 48)
Yang menarik lagi, ketangkasan dan kejeniusan Gus Dur selalu muncul, terutama saat kondisi dalam keadaan kritis. Lihat saja dalam humor berjudul kiai dan ikan. Gus Dur secara reflek dan tangkas mampu menguasai keadaan saat dia dan kedua santri yang lain tertangkap basah mencuri ikan milik kiainya. Kejeniusan humor Gus Dur juga terlihat cerdas saat adu hebat dengan Presiden Perancis (Jacques Chirac) saat itu.
Namun ironisnya, kemudian Gus Dur harus mengakui kecerdikan orang Madura dalam humor berjudul Gus Dur kalah dengan orang Madura. Didalam humor ini orang Madura tertangkap mencuri ikan di perairan Malaysia, di suatu saat Gus Dur menyambangi orang Madura yang terlanjur di sel oleh pemerintah Malaysia. “Kenapa kamu mencuri ikan di perairan Malaysia?” Tanya Gus Dur. Kemudian orang Madura itu menjawab, “ lho, Gus, saya ini tak mencuri ikan milik pemerintah Malaysia. Ikan yang saya tangkap itu saya kejar dari perairan Madura”. Gus Dur sendiri menyatakan bahwa di dalam keluguan orang Madura tersimpan sebuah kecerdikan dan akal yang kreatif sehingga banyak memunculkan anekdot cerdas yang membuat orang terpikal-pikal. (Hal. 25)
Maka menjadi penting kiranya buku tipis yang berjudul “Gus Dur Hanya Kalah Dengan Orang Madura” yang mempunyai ketebalan 100 halaman ini di baca oleh para penggemar anekdot atau lelucon dari almarhum Gus Dur. Buku ini mencoba membuka sebuah pradigma kritis lewat humor Gus Dur yang selama ini terkadang terabaikan. Namun, buku ini hanya sekedar kumpulan cerita lucu yang di ambil dari beberapa sahabat atau pengawal Gus Dur.
Semoga pemikiran yang terangkum dalam buku humor Gus Dur ini selalu di serap oleh para pembaca, dan menjadikan sebuah pendidikan dan pendewasaan anak bangsa. Kita juga harus mengakui ini adalah salah satu karya dari tokoh Islam yang di akui dan di kagumi dunia Internasional. Selamat membaca.
gus dur inspirsi untuk negeri
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus